Peduli Rakyat News | Jember,- Ada banyak cara yang bisa dilakukan terkait dengan kondisi kerdil (stunting) menjadi problem yang mesti diatasi oleh semua pihak. Seperti yang dilakukan oleh Jono Wasinudin, Camat Ledokombo, Jember, Jawa Timur, ini punya cara yang akhirnya diakui sebagai langkah untuk mencegah kondisi kerdil di wilayahnya.
Terkait hal itu, Jono Wasinudin menceritakan, dua dari sepuluh desa di Kecamatan Ledokombo termasuk kategori desa kerdil atau desa stunting. Dua desa itu yakni Desa Sukogidri dan Slateng.
"Saya mempunyai ide untuk anak di atas dua tahun, yang selama ini sudah bersekolah di PAUD, TK, SD, harus dibiasakan makan pagi," kata Jono Wasinudin.
"Anak-anak diimbau setiap hari Senin untuk membawa bekal makan pagi dari rumah, dan dimakan setelah melaksanakan upacara bendera," jlentrehnya.
Lebih lanjut Jono Wasinudin menyampaikan, pendapatnya tentang penyebab kondisi kerdil. Menurutnya, kondisi itu bisa terjadi pada orang yang mampu dengan pola makan yang keliru setiap hari dilakukan.
Yang dimaksud dengan pola makan yang salah itu, menurut Jono, yaitu makan hanya dua kali sehari atau makan tidak pernah pakai sayur dan tak mengonsumsi buah. Untuk itu, ia menggagas sarapan bersama di sekolah. Kegiatan ini ia sebut Senen Makan Pagi atau (Semagi)
Gerakan Semagi ini merupakan rangsangan supaya anak mau makan pagi. Berikutnya, diharapkan anak bisa makan tiga kali sehari. Gerakan ini telah dimulai sejak Juli 2019. Semua sekolah, baik PAUD, TK, dan SD, harus melaksanakannya.
"Kebiasaan sebelumnya, anak hanya makan dua kali sehari. Berangkat sekolah hanya diberi uang saku rata rata dua ribu rupiah, hal itu adalah kebiasaan anak sekolah di Kecamatan Ledokombo," terang Jono .
Dalam prosesnya, untuk mengajak anak-anak sekolah makan pagi tampaknya cukup sulit. Ini yang menyebabkan Semagi juga melibatkan Satpol PP. "Supaya ada rasa takut, sehingga anak anak terpaksa mau makan pagi,"ujarnya.
Dengan gerakan Semagi ini, imbauan untuk makan memakai sayur juga bisa terlaksana. Anak-anak mendapat penjelasan tentang gizi seimbang. Makanan harus ada karbohidrat, protein, dan mineral. ?Bisa langsung dipraktekkan,? ujarnya.
Jono mengatakan, gerakan ini cukup berhasil. Ini terlihat di SD Lembengan 1, 2, 3 dan di SDN Ledokombo 1. Di sekolah tersebut bukan hanya Senin makan pagi. "Gerakan ini sudah berubah menjadi semangat makan pagi. Maksudnya, tiap hari anak-anak membawa makan pagi," ujarnya.
Para guru yang ada juga sependapat akan hal itu, gerakan ini bisa mengurangi kebiasaan anak jajan sembarangan. Anak pun bisa betah di dalam kelas.
"Akhirnya berantas camilan sembarang dengan Semmagi bisa terwujud, anak bisa menabung dan bisa rekreasi. Berat badan bertambah, dan anak yang di TK jarang sakit,? pungkasnya. (*)